Sepenggal kalimat di atas adalah kalimat yang keluar dari mulut Narayana ketika ingin mempersunting Dewi Rukmini, putri Prabu Bismaka dari Kerajaan Kumbina. Keinginan Narayana untuk mempersunting Rukmini tidaklah semudah membalik telapak tangan walaupun sejatinya Narayana itu titisan Dewa Wisnu, berbagai halangan harus ia lewati untuk dapat bersanding dengan sang wanita pujaan.
Prabu Panglebur Jagat, raja bangsa buta (denawa) di kerajaan Tumbak Waringin ingin memperistri Rukmini melalui sarana sayembara yang dibuat oleh Prabu Bismaka, ayah Rukmini. Sayembara tersebut berbunyi barang siapa yang bisa menjawab tebakan dari Rukmini maka ia akan dinikahkan dengan Rukmini. Prabu Panglebur Jagat meminta pendapat dari Togog, abdinya di kerajaan Tumbak Waringin. Togog memberikan pendapat yang menyesakkan dada yaitu Sang Prabu tidak akan bisa memboyong Rukmini ke negara ini, perkataan tersebut membuat Sang Prabu murka sehingga ia nekat pergi menuju kerajaan Kumbina karena ingin mengikuti sayembara tersebut.
Dilain pihak Narayana ingin lepas dari dekapan adiknya yang manja yaitu Dewi Wara Sembadra, agar ia dapat bertemu dengan Dewi Rukmini. Saat tertidur pulas akhirnya ia meninggalkan adiknya. Ketika Sembadra menyusul sang kakak tiba - tiba ia dihadang oleh sekawanan buta(denawa) yang dipimpin oleh Raden Rangsang Wiraga, akan tetapi sekawanan buta tersebut dapat dikalahkan oleh Prabu Baladewa. Kemudian Prabu Baladewa bersama Sembadra dan Udawa pergi ke negara Kumbina untuk menyusul Narayana. Di Taman Keputren Kerajaan Kumbina, Dewi Rukmini sedang gundah gulanah karena sebentar agi ia akan disayembarakan oleh ayahnya. Sesungguhnya ia mencintai Narayana, namun Narayana sendiri tidak segera mempersuntingnya. Tiba - tiba Narayana datang secara diam - diam menemui Dewi Rukmini, namun Sang Dewi masih saja tetap sedih.
Sayembara yang dibuat oleh Prabu Bismaka terdengar hingga Kerajaan Ngastina, saat itu pula Begawan Durna ingin mengikutinya, dengan disertakan oleh Prabu Duryudhana dan Patih Sengkuni mereka semua menuju ke Negera Kumbina untuk mengikuti sayembara tersebut, akan tetapi setibanya di negara Kumbina dan bertemu dengan Dewi Rukmini ia tidak mampu menjawab teka - teki yang diajukan oleh Dewi Rukmini yaitu " apa werdhinipun rasa sejati, sejatining rasa ". Akibatnya Dewi Rukmini dipaksa oleh Begawan Durna untuk mau menikah dengannya. Dewi Rukmini berusaha menghindar dari paksaan Begawan Durna, kemudian ia bertemu dengan Narayana kembali yang saat itu sedang bertapa. Rukmini menceritakan apa yang baru saja terjadi pada dirinya, seketika Narayana menyembunyikan Rukmini di "kancing gelung"nya dan merapal mantra tiwikrama untuk berubah menjadi Buta Brahala. Buta Brahala itu kemudian menyerang Begawan Durna yang sedari tadi mengejar Rukmini. Begawan Durna kalang kabut melihat Brahala dihadapannya, saat itu juga ia bertemu dengan Permadi (Arjuna) dan menceritakan apa yang terjadi. Permadi menjanjikan akan mengalahkan Brahala yang mengejar Begawan Durna.
Namun saat berhadapan dengan Brahala, Permadi justru terkejut karena sang Brahala berubah wujud menjadi Narayana. Narayana menceritakan kejadian yang sebenarnya, kemudian Narayana menyuruh Arjuna untuk bertemu dengan Prabu Bismaka membawa sebuah bunga yang nantinya akan berubah menjadi dirinya ketika berada dihadapan Prabu Bismaka, sedangkan Narayana sendiri akan menghadapi Prabu Panglebur Jagat yang ingin mempersunting Dewi Rukmini. Saat bertemu dengan Prabu Panglebur Jagat, Narayana bertarung dan berhasil mengalahkannya, kemudian Narayana bertiwikrma (berubah wujud) seperti Prabu Panglebur Jagat, buta yang baru saja dikalahkannya agar bisa bertemu dengan Prabu Bismaka.
Saat pesewakan agung kerajaan Kumbina, Begawan Durna melapor kepada Prabu Bismaka bahwa Dewi Rukmini telah diculik oleh Brahala jelmaan Narayana, tidak lama kemudian datang Arjuna beserta Narayana (palsu) dan menyerahkan Narayana (palsu) kepada Prabu Bismaka. Prabu Bismaka kemudian menyuruh seluruh prajurit kerajaan Kumbina untuk membakar Narayana (palsu) hidup - hidup karena telah melakukan perbuatan tercela yaitu menculik putri kerajaan Kumbina. Akan tetapi belum juga pelaksanaan hukuman terhadap Narayana (palsu) berlangsung, datang seorang patih kerajaan yang melaporkan bahwa saat itu ada buta bernama Panglebur Jagat (jelmaan Narayana) yang mengamuk menghancurkan apa saja yang ada dihadapannya. Prabu Bismaka kemudian menyuruh Arjuna untuk menghadapi buta (denawa) tersebut. Arjuna kemudian bergegas untuk berhadapan dengan Prabu Panglebur Jagat, akan tetapi setelah bertemu dengan Prabu Panglebur Jagat (jelmaan Narayana) justru Arjuna kuwalahan menghadapinya sehingga ia meminta pendapat kepada punakawannya yaitu Ki Lurah Semar. Semar mengatakan bahwa yang bisa menghentikan tingkah laku buta tersebut hanyalah putri Prabu Bismaka yaitu Dewi Rukmini. Di lain pihak buta Prabu Panglebur Jagat (jelmaan Narayana) sudah bertemu dengan Dewi Rukmini kemudian ia berubah menjadi Narayana kembali dan mereka berdua segera bertemu dengan Prabu Bismaka untuk meminta restu agar dapat bersanding dipelaminan.
Narayana dan Dewi Rukmini sudah bertemu dengan sang Prabu Bismaka, dan mengatakan sumpah janji suci untuk bersama selamanya hingga maut menjemput. Prabu Bismaka yang terenyuh menderngar perkataan dua insan sejoli ini kemudian mengizinkan keduanya untuk bersanding. Akhirnya setelah melewati masa - masa yang sulit, Narayana berhasil mempersunting Dewi Rukmini perempuan pujaan hatinya.
Dilain pihak Narayana ingin lepas dari dekapan adiknya yang manja yaitu Dewi Wara Sembadra, agar ia dapat bertemu dengan Dewi Rukmini. Saat tertidur pulas akhirnya ia meninggalkan adiknya. Ketika Sembadra menyusul sang kakak tiba - tiba ia dihadang oleh sekawanan buta(denawa) yang dipimpin oleh Raden Rangsang Wiraga, akan tetapi sekawanan buta tersebut dapat dikalahkan oleh Prabu Baladewa. Kemudian Prabu Baladewa bersama Sembadra dan Udawa pergi ke negara Kumbina untuk menyusul Narayana. Di Taman Keputren Kerajaan Kumbina, Dewi Rukmini sedang gundah gulanah karena sebentar agi ia akan disayembarakan oleh ayahnya. Sesungguhnya ia mencintai Narayana, namun Narayana sendiri tidak segera mempersuntingnya. Tiba - tiba Narayana datang secara diam - diam menemui Dewi Rukmini, namun Sang Dewi masih saja tetap sedih.
Sayembara yang dibuat oleh Prabu Bismaka terdengar hingga Kerajaan Ngastina, saat itu pula Begawan Durna ingin mengikutinya, dengan disertakan oleh Prabu Duryudhana dan Patih Sengkuni mereka semua menuju ke Negera Kumbina untuk mengikuti sayembara tersebut, akan tetapi setibanya di negara Kumbina dan bertemu dengan Dewi Rukmini ia tidak mampu menjawab teka - teki yang diajukan oleh Dewi Rukmini yaitu " apa werdhinipun rasa sejati, sejatining rasa ". Akibatnya Dewi Rukmini dipaksa oleh Begawan Durna untuk mau menikah dengannya. Dewi Rukmini berusaha menghindar dari paksaan Begawan Durna, kemudian ia bertemu dengan Narayana kembali yang saat itu sedang bertapa. Rukmini menceritakan apa yang baru saja terjadi pada dirinya, seketika Narayana menyembunyikan Rukmini di "kancing gelung"nya dan merapal mantra tiwikrama untuk berubah menjadi Buta Brahala. Buta Brahala itu kemudian menyerang Begawan Durna yang sedari tadi mengejar Rukmini. Begawan Durna kalang kabut melihat Brahala dihadapannya, saat itu juga ia bertemu dengan Permadi (Arjuna) dan menceritakan apa yang terjadi. Permadi menjanjikan akan mengalahkan Brahala yang mengejar Begawan Durna.
Namun saat berhadapan dengan Brahala, Permadi justru terkejut karena sang Brahala berubah wujud menjadi Narayana. Narayana menceritakan kejadian yang sebenarnya, kemudian Narayana menyuruh Arjuna untuk bertemu dengan Prabu Bismaka membawa sebuah bunga yang nantinya akan berubah menjadi dirinya ketika berada dihadapan Prabu Bismaka, sedangkan Narayana sendiri akan menghadapi Prabu Panglebur Jagat yang ingin mempersunting Dewi Rukmini. Saat bertemu dengan Prabu Panglebur Jagat, Narayana bertarung dan berhasil mengalahkannya, kemudian Narayana bertiwikrma (berubah wujud) seperti Prabu Panglebur Jagat, buta yang baru saja dikalahkannya agar bisa bertemu dengan Prabu Bismaka.
Saat pesewakan agung kerajaan Kumbina, Begawan Durna melapor kepada Prabu Bismaka bahwa Dewi Rukmini telah diculik oleh Brahala jelmaan Narayana, tidak lama kemudian datang Arjuna beserta Narayana (palsu) dan menyerahkan Narayana (palsu) kepada Prabu Bismaka. Prabu Bismaka kemudian menyuruh seluruh prajurit kerajaan Kumbina untuk membakar Narayana (palsu) hidup - hidup karena telah melakukan perbuatan tercela yaitu menculik putri kerajaan Kumbina. Akan tetapi belum juga pelaksanaan hukuman terhadap Narayana (palsu) berlangsung, datang seorang patih kerajaan yang melaporkan bahwa saat itu ada buta bernama Panglebur Jagat (jelmaan Narayana) yang mengamuk menghancurkan apa saja yang ada dihadapannya. Prabu Bismaka kemudian menyuruh Arjuna untuk menghadapi buta (denawa) tersebut. Arjuna kemudian bergegas untuk berhadapan dengan Prabu Panglebur Jagat, akan tetapi setelah bertemu dengan Prabu Panglebur Jagat (jelmaan Narayana) justru Arjuna kuwalahan menghadapinya sehingga ia meminta pendapat kepada punakawannya yaitu Ki Lurah Semar. Semar mengatakan bahwa yang bisa menghentikan tingkah laku buta tersebut hanyalah putri Prabu Bismaka yaitu Dewi Rukmini. Di lain pihak buta Prabu Panglebur Jagat (jelmaan Narayana) sudah bertemu dengan Dewi Rukmini kemudian ia berubah menjadi Narayana kembali dan mereka berdua segera bertemu dengan Prabu Bismaka untuk meminta restu agar dapat bersanding dipelaminan.
Narayana dan Dewi Rukmini sudah bertemu dengan sang Prabu Bismaka, dan mengatakan sumpah janji suci untuk bersama selamanya hingga maut menjemput. Prabu Bismaka yang terenyuh menderngar perkataan dua insan sejoli ini kemudian mengizinkan keduanya untuk bersanding. Akhirnya setelah melewati masa - masa yang sulit, Narayana berhasil mempersunting Dewi Rukmini perempuan pujaan hatinya.
Mengambil latar belakang cerita wayang lakon " Narayana Maling ", sepenggal kisah tersebut disajikan dalam balutan drama berbahasa Jawa oleh Keluarga Mahasiswa Sastra Nusantara, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada dalam rangka peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional (jatuh pada tanggal 28 Februari) sedangkan pementasan tersebut diselenggarakan pada tanggal 2 Maret 2012 mulai pukul 19.30 wib di Pendapa Rumah Budaya Tembi. Pagi hingga siang harinya di Ruang Multimedia FIB UGM diselenggarakan diskusi publik dengan mengangkat tema " Eksistensi Bahasa Ibu ". Dalam pementasan tersebut, semua pemain karakter wayang dan penari adalah para mahasiswa aktif jurusan Sastra Nusantara UGM angkatan 2008 - 2011. Sedangkan penabuh gamelan, sinden, serta pemain alat musik tambahan sebagian besar para mahasiwa jurusan Sastra Nusantara dan beberapa dari jurusan Antropologi serta wiraswara tamu yaitu Paksi Raras Alit (Jasmine). Pengarah adegan adalah salah satu teaterawan DIY yaitu Lik Suyanto yang bersedia berbagi pengalaman di dunia akting. Proses produksi drama berlangsung selama satu setengah bulan. Ketua jurusan Sastra Nusantara, Suharto Mangkusudarmo, Drs. M.Hum mengatakan bahwa "kegiatan seperti ini sangat penting guna meningkatkan kreativitas para mahasiswa sekaligus menunjukkan eksistensi bahasa Jawa, para dosen sangat berbangga dengan keberhasilan pementasan drama Jawa ini, semoga dalam perjalanan selanjutnya para mahasiswa mampu mempersembahkan pementasan - pementasan yang lain".
Mahmud Mada Hidayat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar