Rabu, 25 Juli 2012

Transformasi Kebaya (Potret Revolusi Busana Keanggunan)


            Kebaya terus berevolusi seiring dengan berkembangnya zaman. Menurut sejarahnya, awal mula kebaya yakni pada abad ke-15 Masehi, yang mana pada saat itu kebaya merupakan busana perempuan Indonesia, terutama perempuan Jawa, yang berupa atasan yang dikenakan bersama dengan kain. Menurut Ferry Setiawan, seorang perancang busana, pada tahun 1940-an, kebaya pernah dipilih oleh Presiden Soekarno sebagai kostum nasional. Pada saat itu kebaya dianggap sebagai busana tradisional perempuan Indonesia. Kebaya juga pernah menjadi lambang emansipasi perempuan Indonesia, sehubungan dengan pakaian yang dikenakan oleh tokoh kebangkitan perempuan Indonesia, Raden Ajeng Kartini.
Pendapat yang lain menyatakan bahwa kebaya dibawa oleh orang Portugis di Malaka. Tidak hanya dikenakan oleh perempuan Melayu, tapi juga dikenakan oleh perempuan Cina peranakan. Namun  kebaya yang dikenakan oleh perempuan Cina peranakan ini sedikit berbeda potongan dan cara memakainya, yang kemudian kebaya ini dikenal dengan nama kebaya encim. Namun ada juga yang mencatat bahwa kebaya berkaitan erat dengan pakaian panjang wanita pada masa kekaisaran Ming di Tiongkok. Gaya ini pengaruhnya kemudian menyebar ke Asia Selatan dan Tenggara sekitar abad ke-13 sampai abad ke-16 Masehi melalui penyebaran penduduk dataran Tiongkok. Lalu menyebar pula ke Malaka , Jawa, Bali, Sumatera dan Sulawesi.
Perkembangan kebaya erat pula kaitannya dengan penyebaran agama Islam di Indonesia sekitar abad ke-15 Maasehi, terlihat pada perkembangan kerajaan-kerajaan Jawa kuno ke masa Kesultanan atau Kerajaan Islam di pulau Jawa. Pada tahun 1600, kebaya secara resmi dikenakan oleh keluarga kerajaan, hal ini ditunjukkan dalam dokumentasi lama Kerajaan Islam Cirebon, Surakarta maupun Yogyakarta. Pada tahun 1970-an, kiblat dunia mode Indonesia berpaling ke Eropa dan Amerika Serikat karena pengaruh budaya popnya mengalir deras dan kuat. Sehingga pada saat itu kebaya dianggap ketinggalan zaman, dan mulai ditinggalkan dan hanya dikenakan pada acara resmi atau pada acara resepsi.
Dewasa ini, kebaya telah berkembang pesat dan semakin banyak peminatnya, tidak hanya dikenakan oleh kaum ibu, tapi juga mulai diminati oleh perempuan muda di negeri ini. Ibu-ibu yang memasuki usia senja kebanyakan masih menggunakan kebaya klasik sehari-harinya. Namun kebaya di kalangan umum saat ini, banyak dikenakan oleh perempuan Indonesia pada acara-acara resmi, seperti wisuda, acara pernikahan, dan upacara adat. Semakin banyak variasi berkebaya saat ini, mulai dari penyesuaian bahan, desain dan aksesorinya. Sehingga kebaya menjadi busana yang glamour di tengah suasana pesta.

F. Widjanarko


Tidak ada komentar:

Posting Komentar